posted by aryo tejo w on July 13, 2019

Usaha Digital printing (digprint) dan percetakan berbeda dengan usaha dagang umum yang mempunyai barang tersedia untuk dijual (BTU).

Dalam usaha dagang umum, BTU adalah asset usaha itu. Dari BTU itulah selisih harga beli atau kulakan dengan harga jual akan mendapatkan laba kotor penjualan.

Usaha dagang umum, mempunyai margin laba minimal sekian prosen ( setidaknya 10 prosen , tolong koreksi ) untuk menjamin usaha itu berjalan.

Meskipun sebenarnya yang penting adalah omset atau penghasilan, yang artinya margin laba rendah akan tetapi harus diimbangi dengan jumlah penjualan item barang yang besar sekali.

Bagaimana dengan digital printing dan percetakan ?

Dalam usaha digprint, tidak ada barang tersedia untuk dijual. Yang menjadi asset adalah bahan cetak dan mesin cetak. Oleh karena itu, margin laba kotor harusnya lebih tinggi dibanding dengan usaha dagang umum.

Harga jual ke customer, adalah hasil penjumlahan antara bahan dan jasa. Jasa bisa dianggap suatu item barang tersendiri, oleh karena ada customer yang tidak hanya membutuh cetak tetapi juga membutuhkan jasa desain grafis. Menarik bukan ?

 

Di sini, usaha digprint sebenarnya lebih besar lubang kebocoran akan asset dibanding dengan usaha dagang umum. Oleh sebab itu sangat penting sekali sistem yang dibutuhkan untuk mengantisipasinya.

 

Silakan ke halaman unduh setup demonya. Berikutnya akan diposting tentang cara ampuh menutup lubang kebocoran di usaha digprint dan percetakan

Leave a Comment

Fields with * are required.

Please enter the letters as they are shown in the image above.
Letters are not case-sensitive.